PADANG, KP — Dari sebuah ruang tamu mungil berukuran 3×4 meter di Jalan Batu Ampa, Lubuk Begalung, Kota Padang, Sekar Hanum Pramesty membangun gerakan sosial berbasis seni. Melalui Shanumesty Art and Craft, usaha batik yang dirintis sejak 2023, Hanum tak sekadar berkarya, tapi juga memberdayakan perempuan dan anak-anak di sekitarnya.
Cinta Hanum pada batik tumbuh sejak bekerja di rumah batik di Solok pada 2020. Pengalaman itu menggerakkannya untuk menggelar pelatihan membatik secara swadaya bagi ibu-ibu rumah tangga di lingkungan tempat tinggalnya. Dari situ, Shanumesty lahir.
“Saya ingin batik tak hanya dikenal sebagai budaya Jawa, tapi juga sebagai ekspresi Minangkabau yang sarat filosofi,” kata Hanum di studionya yang juga ruang keluarga, Selasa (6/5).
Kini, Shanumesty mempekerjakan 15 orang secara fleksibel. Saat produksi berhenti, ruang itu berubah fungsi menjadi tempat belajar membatik gratis bagi anak-anak. Mereka dikenalkan teknik dasar mulai dari pemindahan motif hingga pewarnaan.
Karya Hanum bukan sekadar kain bermotif; setiap guratan canting membawa cerita. Ia merancang motif khas Minangkabau, mulai dari “Kota Tua” yang menggambarkan kawasan heritage Padang, hingga motif bunga sebagai simbol perjuangan ibu tunggal membesarkan tiga anak.
Ada pula motif “Kecamatan Lubuk Begalung”, yang menggambarkan 15 kelurahan lewat setengah lingkaran, air berputar, simbol bambu, dan 20 titik sebagai representasi “Nagari Nan XX”.
“Kami ingin batik jadi narasi visual daerah. Setiap motif menyampaikan cerita lokal yang tak kalah berharga dari ikon besar,” ujarnya.
Kini pesanan batik Hanum masih didominasi konsumen lokal, tapi sudah menjangkau Papua. Ia optimistis batik Minangkabau bisa menembus pasar nasional bahkan internasional.
Apa yang dilakukan Hanum bukan sekadar usaha ekonomi. Ia tengah menyalakan perubahan—dari ruang tamu sederhana, ia membangun ruang aman untuk tumbuh dan bermimpi.
“Batik adalah ruang untuk anak-anak dan perempuan berkembang. Dan ruang itu harus kita jaga,” tutupnya. (ant)