Home » Menangani Kasus Perilaku Seksual Menyimpang dalam Perspektif Ketuhanan yang Maha Esa serta Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Menangani Kasus Perilaku Seksual Menyimpang dalam Perspektif Ketuhanan yang Maha Esa serta Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Redaksi
3 menit baca

Menangani Kasus Perilaku Seksual Menyimpang dalam Perspektif Ketuhanan yang Maha Esa serta Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Oleh :

Fadhilatul Aulia Rasyada (2410941020) , Nada Insani (2411213059) , Amelia (2410712022) , Belqis arivia (2410851016) , Muhammad Ilham Ramadhan (2410711021)

Mahasiswa Universitas Andalas

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenisnya. Bentuk- bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan,bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa oranglain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. (Sarwono, 2013:174)

Menurut Lubis (2013:87) ada dua jenis perilaku seks, yaitu perilaku yang dilakukan sendiri, seperti masturbasi, fantasi seksual, membaca/melihat bacaan porno, serta perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain, seperti berpegangan tangan, berciuman, bercumbu berat hingga berhubungan intim. Dalam tinjauan psikologis proses tingkah laku yang lazim terdiri dari menyukai orang lain, timbulnya gairah, diikuti dengan tercapainya puncak kepuasan seksual atau orgasme dan diakhiri dengan tahap pemulihan (resolusi).Di dalam perkawinan, semua proses hubungan seksakan terpenuhi, sehingga tidak diragukan lagi kenormalannya berdasarkan norma psikologi.

Penanganan kasus perilaku seksual menyimpang memerlukan pendekatan yang bernuansa, yang mempertimbangkan perspektif “Ketuhanan yang Maha Esa” dan prinsip “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.” Perspektif ganda ini tidak hanya menonjolkan nilai-nilai moral dan spiritual, tetapi juga menekankan martabat manusia dan keadilan sosial.

 

Perspektif Ketuhanan yang Maha Esa

Dalam banyak ajaran agama, perilaku seksual menyimpang sering dianggap melanggar kode moral suci yang ditetapkan oleh Tuhan. Misalnya, dalam agama monoteistik, hubungan seksual pada umumnya diatur oleh prinsip-prinsip kemurnian, kesetiaan, dan tanggung jawab. Oleh karena itu, menyikapi perilaku tersebut harus disikapi dengan kasih sayang dan pengertian, bukan dengan stigmatisasi atau tindakan hukuman yang keras.

Penting untuk menyadari bahwa setiap individu memiliki nilai dan martabat yang melekat yang diberikan oleh Tuhan. Oleh karena itu, pendekatannya harus berakar pada belas kasih, yang bertujuan untuk pemulihan daripada sekadar hukuman. Hal ini dapat dicapai melalui pendidikan moral dan spiritual yang mendorong individu untuk kembali ke nilai-nilai yang lebih tinggi.

Perspektif Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Dari sudut pandang kemanusiaan, menangani perilaku seksual menyimpang juga melibatkan penegakan keadilan dan penghormatan terhadap martabat manusia. Mereka yang terlibat dalam perilaku tersebut sering kali didorong oleh berbagai faktor seperti trauma, pelecehan, atau tekanan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk terlebih dahulu memahami penyebab yang mendasarinya sebelum membuat penilaian. Pendekatan yang manusiawi dapat mencakup:

Pendidikan dan Kesadaran :

Memberikan panduan yang jelas tentang norma sosial dan perilaku seksual yang sehat, memberdayakan individu untuk membuat pilihan yang lebih baik.

Dukungan Psikologis :

Menawarkan layanan konseling kepada mereka yang berjuang melawan perilaku seksual menyimpang, membantu mereka mengatasi akar penyebab tindakan mereka.

Rehabilitasi dan Integrasi :

Mengembangkan program rehabilitasi yang memungkinkan individu untuk berintegrasi kembali ke masyarakat dengan cara yang positif dan produktif.

Pendekatan Terpadu

Dengan menggabungkan perspektif spiritual dengan pendekatan kemanusiaan, metode yang lebih holistik untuk menangani perilaku seksual menyimpang dapat dikembangkan. Lembaga keagamaan dapat bekerja sama dengan profesional kesehatan mental untuk menawarkan program pendidikan dan rehabilitasi yang komprehensif.

Kesimpulan

Penanganan perilaku seksual menyimpang memerlukan pendekatan yang penuh kasih sayang, adil, dan manusiawi. Dengan memadukan perspektif “Ketuhanan yang Maha Esa” dan “Kemanusiaan yang Adil,” kita dapat membantu individu menemukan jalan kembali ke jalan yang benar. Merupakan tanggung jawab kolektif kita, sebagai masyarakat yang menghargai kemanusiaan dan spiritualitas, untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada mereka yang membutuhkan.

Jangan Lewatkan

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?