Home » Angkatan Kerja Jangan Apatis

Angkatan Kerja Jangan Apatis

Redaksi
2 menit baca

PENCARI kerja, apapun latar belakang pendidikannya, harus dinamis. Sulit rasanya menggantungkan peluang kerja diserahkan begitu saja pada pemerintah yang sudah punya problema ‘segunung’. Termasuk di Sumbar, lebih 180 ribu angkatan kerja saat ini boleh jadi sedang dilanda kegusaran karena berstatus pengangguran, seperti diberitakan KORAN PADANG terbitan Senin (27/3) di halaman 2. Data tersebut bersumber langsung dari Gubernur Mahyeldi yang disampaikan dalam sidang di DPRD Sumbar Jumat lalu (24/3).

Keterusterangan Gubernur Mahyeldi pantas kita apresiasi. Memang, sudah jadi tugas pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran. Namun, hal itu sebenarnya juga tergantung pada pribadi masing-masing angkatan kerja tersebut. Kalau semuanya ingin jadi ‘tuan luak’, maksudnya pegawai pemerintah, sampai kiamat pun mungkin takkan bisa tertampung semua lulusan yang ada.

Sekarang, zaman sudah berubah. Roda berputar semakin kencang. Siapa lengah, menyerah. Siapa ligat mendapat. Anak muda alumni pendidikan menengah ataupun sarjana dituntut untuk kreatif. Tak boleh cenderung apatis. Apalagi yang selama ini cenderung ‘dimanjakan’ orang tua, pasti bakal kewalahan dalam mencari pekerjaan di zaman sekarang. Lebih-lebih kalau mencari kerja pun tak sepenuh hati dilakukan dengan beragam alasan.

Sudah banyak buktinya anak muda yang ‘berteori tinggi’, akhirnya gagal mandiri. Begitu juga pencari kerja yang terlalu memilih-memilah kesempatan, yang pusing tetap saja orangtuanya. Ijazah sudah lusuh, kerja tak ada juga karena terlalu memilih dan memilah.

Padahal, lahan di Sumbar ini sangat menjanjikan bagi anak muda yang mau bekerja keras. Berpahit-pahit dulu, bersenang-senang pasti jadi kenyataan. Ssedikit-sedikit, lama-lama hasilnya membukit. Ini yang sudah dilakukan anak muda kreatif. Sangat banyak anak muda Sumbar yang sukses dalam beragam usaha. Ada yang sukses dalam bisnis perkebunan, perikanan, peternakan, kuliner, kerajinan, perbengkelan, dan banyak lagi yang lainnya. Bahkan, di mana saja di Indonesia, begitu banyak anak muda Sumbar yang sukses peruntungannya di negeri orang. Modal awal hanya akal. Sejak dulunya ‘urang awak’ sudah terkenal cerdik dan pandainya. Kalau merantau, induk semang dicarinya dulu.

Tapi kini kebanyakan anak muda tak seperti dulu lagi. Enggan berkreativitas, minta murah rezeki pada Allah malas pula. Sementara lahan di kampung luas. Kolam ikan tak digarap, sawah tak ditanami.

Bagaimanapun hebatnya ‘Tungganai’ negeri ini berupaya mengentaskan angka pengangguran, kalau hati para pencari kerja tak tertantang untuk bekerja keras, pecuma saja beragam program dimunculkan. Niscaya, jumlah pengangguran di Sumbar akan terus meningkat kalau anak-anak muda itu terlalu tinggi teorinya tentang kehidupan era terkini, yang ingin hasil instan tanpa diimbangi kerja keras berkeringat. *

Jangan Lewatkan