SELURUH masjid dan musala selama malam Ramadan hampir dapat dipastikan penuh sesak oleh pelajar dari berbagai tingkatan lembaga pendidikan. Mereka diwajibkan mencatat ceramah ustaz sebelum Salat Tarwih dilaksanakan. Kegiatan seperti ini mungkin hanya di Sumbar saja. Sebab, di daerah lain kita belum mendengar ada informasinya.
Dari usia kecil, anak-anak, dan remaja, mereka hadir di rumah ibadah mencatat ceramah ustaz dan berlanjut dengan Salat Tarawih berjemaah. Tradisi yang sudah membudaya ini perlu diteruskan. Namun, mungkin perlu dihadirkan sistem yang lebih baik lagi karena tampaknya penceramah kewalahan dan ‘bakalibuik’ melayani permintaan tanda tangan di buku catatan para pelajar yang jumlahnya sangat banyak.
Bagaimana sistem terbaik, tertib, dan lancar untuk mendapatkan tandatangan ustaz tersebut, tentu perlu kesepakatan banyak pihak. Mulai dari pengurus rumah ibadah, ustaz pencramah, hingga pihak sekolah. Bayangkan, sebulan penuh ibadah Ramadhan, selama itu pula ustaz dan siswa disibukkan dengan kegiatan ‘ekstra wajib’ tersebut. Hal ini memang positif, tapi pelaksanaannya perlu diatur agar lebih tertib lagi.
Aktivitas pelajar selama Ramadhan di Sumbar sangat membanggakan. Terutama mencatat poin-poin penting ceramah ustaz. Hal ini sangat pantas dijadikan program berkelanjutan bagi pelajar di Sumbar. Kalau perlu, dilakukan pula pemilihan pencatatan terbaik antar pelajar per lembaga pendidikan. Selesai Ramadan, pihak sekolah mengumumkan pelajar pencatat terbaik.
Kalau hal ini dilakukan dengan konsisten dan diiringi dengan mengamalkan isi ceramah Pak ustaz atau Ibu ustazzah, kita optimis falsafah ABS-SBK akan dapat diterapkan sebagaimana harapan kita bersama. Alhamdulillah, Sumbar memang hebat. *