Home » Galugua, Tak Selesai Dengan Prihatin Saja

Galugua, Tak Selesai Dengan Prihatin Saja

Redaksi
2 menit baca

SEKIAN banyak publikasi tiap hari muncul melalui media massa yang terbit di Sumbar. Namun, pemberitaan tentang Nagari Galugua, Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Limapuluh Kota sudah bertengger pada level ‘sangat memprihatinkan’.

Tidak ada yang salah dengan pemberitaan Galugua yang boleh jadi memunculkan tangis dan air mata bagi pembaca yang mendalami pemberitaan resmi media, termasuk KORAN PADANG terbitan Senin (3/4) di halaman 5, diiringi berita pendamping Tim Ramadan relawan ‘Paksa’ yang sukses menerobos kawasan memprihatinkan untuk tingkat Sumbar tersebut.

Galugua, karena ‘keistimewannya’ sebagai kawasan tertinggal di Sumbar memang jadi sasaran menarik bagi media massa. Tidak ada yang salah dengan berita tersebut dari pandangan kaidah jurnalistik. Bahkan, semakin asyik informasi tersebut jika dimunculkan secara bersambung. Beragam segi kehidupan masyarakat setempat pantas diangkat jadi pemberitaan menarik. Semakin didalami problema Galugua dengan keterbelakangannya, bisa melahirkan buku yang enak untuk dibaca. Bahkan lebih dari itu, bisa diangkat jadi film. Mungkin takkan terbendung airmata menetes.

Terkait kondisi Galugua, tak perlu dimunculkan ‘kambing hitam’. Padahal, tanahnya subur. Tanaman ekspor kopi, karet, cengkeh, dan lainnya bermekaran di negeri ini. Begitu juga jika dikembangkan jadi padang peternakan ala Padang Mengatas, sungguh menjanjikan kesejahteraan yang luar biasa.

Galugua ibarat ‘tanah surga’ yang terdampar di Limapuluh Kota. Sayangnya, belum jadi perhatian selama ini untuk ‘dimerdekakan’ dalam arti yang sebenarnya.

Munculnya ‘kritikan membangun’ ditampilkan KORAN PADANG dalam beberapa kali penerbitan, pantas jadi perhatian kita bersama, ‘akan dipakan negeri ini?’ Sudah saatnya Galugua diberi perhatian maksimal. Pemkab Limapuluh Kota bersama mitranya mesti memunculkan telaah bagi masa depan negeri ini. Sebagai pertimbangan, Galugua bisa jadi unggulan untuk kawasan tanaman ekspor dengan melibatkan lembaga berkompeten. Bisa juga dijadikan kawasan transmigrasi lokal dengan prioritas pensiunan TNI/Polri.

Selain itu, Galugua juga bisa jadi kawasan pengembangan pertanian moderen dengan memprioritaskan sarjana pertanian, serta beragam usaha yang sifatnya moder untuk kesejahteraan.

Bagaimanapun juga, Galugua, yang boleh jadi selama ini tak begitu serius diprogramkan maksimal, sudah saatnya dijawab dengan kerja nyata. Tentu sangat diharapkan peran Pak Bupati Safar bersama tim kerjanya dengan melibatkan tokoh terkemuka dari beragam perguruan tinggi dalam ‘merevolusi’ pembangunan di Galugua. Atau sama sekali tak ada semangat membangun Galugua? Kalau begitu, bersepakat saja kibarkan bendera putih. MasyaAllah, hal begini jangan lah diniatkan. *

Jangan Lewatkan