TERSENYUMLAH, petani gambir! Sebagai rasa syukur naiknya harga komoditi ekspor tersebut di pasaran dunia. Khusus di Sumbar, memang tak begitu banyak petani gambir. Hanya di sekitaran Limapuluh Kota dan di Pesisir Selatan, tepatnya di Siguntur dan sekitarnya.
Harga daun gambir sekarang Rp30 ribu/kilogram (kg). Sebelumnya hanya Rp1.500/kg. Sedangkan gambir sudah jadi dihargai Rp50 ribu/kg.
Sehingga, beruntung lah sekarang mereka yang beprofesi sebagai petani gambir, termasuk tokenya. Mereka yang diberi rezeki dari bertanam gambir tersebut pantas bersyukur. Hidup semakin membaik. Yang penting jangan takabur, tetaplah berpenampilan biasa-biasa saja. Teruslah bekerja sebagai petani gambir. Pandai-pandailah mengendalikan diri, terjauh dari kehidupan royal.
Gambir sebagai komoditi ekspor sebenarnya termasuk unik. Lokasi berkembangnya tidak sembarangan. Hanya di Kabupaten Limapuluh Kota, itupun tidak pula di seluruh kawasan. Hanya di sekitar Pangkalan, Kapur IX, dan Kecamatan Bukit Barisan. Sedangkan di Pessel, hanya di sekitar Siguntur saja. Begitu sejak dulunya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian dari pemerintahan untuk meneliti tanaman gambir ini. Kenapa hanya di Limapuluh Kota dan di Siguntur Pessel saja tanaman gambir ini tumbur subur dan membudaya. Apalagi sekarang era modern. Peralatan sudah canggih-canggih. Tentu tak lagi sulit melakukan penelitian. Namun demikian, persoalan gambir tampaknya selama ini tak begitu diseriusi keberadaannya. Padahal pundi-pundi yang dihasilkan gambir cukup menggiurkan.
Khusus petani gambir di Limapuluh Kota, sudah saatnya memperluas areal perkebunan gambir. Apalagi lahan ‘mubazir’ yang belum tegarap masih luas. Hanya ditumbuhi ilalang dan semak belukar. Bagi petani gambir yang sukses, jangan lupa berzakat. *