Home » Gara-Gara Sengketa Tanah, Sekolah Ditutup, Murid SDN 22 Pasaman Terpaksa Belajar Daring

Gara-Gara Sengketa Tanah, Sekolah Ditutup, Murid SDN 22 Pasaman Terpaksa Belajar Daring

Redaksi
2 menit baca

SIMPANG EMPAT, KP – Murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) 22 Pasaman, Nagari Aia Gadang, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) terpaksa harus belajar secara online atau daring akibat sekolah mereka ditutup karena permasalahan tanah lokasi sekolah itu berada.

Penutupan sekolah dikarenakan tuntutan salah seorang masyarakat, yakni Hatta Nasution yang menyatakan tanah tersebut adalah tanah milik keluarganya yang dipakai oleh sekolah atau pemerintah daerah.

“Sekolah ini didirikan tahun 1982 silam. Saat itu ada tokoh adat yang meminta agar tanah ini dipakai untuk lokasi sekolah, akan tetapi belum ada penyerahan. Waktu itu juga dijanjikan bahwa akan ada perwakilan dari keluarga kami yang akan diangkat menjadi penjaga sekolah atau PNS, namun sampai saat ini hal itu tidak terealisasi,” kata Hendri selaku ahli waris keluarga Hatta Nasution, Sabtu (28/1).

Atas dasar itu, Hendri dan keluarga menuntut kembali tanah itu. Pihaknya juga telah menanam beberapa tanaman di lokasi sekolah tersebut serta memblokade akses jalan.

“Ada sekitar 22×35 meter persegi tanah yang dipakai untuk bangunan dan lapangan sekolah dan 50 X 1,5 meter juga terpakai untuk akses jalan,” sebut Hendri.

Ia menambahkan, dari musyawarah dengan pemerintah daerah sudah ada beberapa kesepakatan yang didapat. Di antaranya, sekolah akan dibuka kembali namun semua tanaman yang ada tidak boleh diganggu, tidak boleh ada pembangunan, serta tidak boleh dilakukan rapat komite sebelum ada penyelesaian yang jelas.

“Pemerintah sudah menanggapi hal ini dan sudah dilakukan pengukuran untuk menentukan batas sekolah dan tanah keluarga oleh pihak BPN,” lanjutnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Pasaman Barat Agusli melalui Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Sofyandri Piliang membenarkan murid SDN 22 Pasaman terpaksa belajar daring dari rumah masing-masing sejak seminggu lalu .

“Sebenarnya hari Jumat (27/1) mereka sudah masuk sekolah seperti biasa, tetapi kepala sekolah meninggal dunia pada hari Kamis (26/1). Sehingga kemungkinan baru besok (hari ini – red) mereka akan belajar tatap muka kembali,” ucapnya singkat. (rom)

 

 

Jangan Lewatkan