SOLOK, KP – Masyarakat Adat di Nagari Muaro Paneh, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, tetap melakukan upaya pelestarian adat pada anak nagari setempat.
Melalui Grup Pidato Adat Sarangkuah Dayuang yang didirikan 8 Oktober 2022 lalu, para pegiat adat di Muaro Paneh kini rutin menggelar latihan pidato adat setiap minggunya.
Menurut pembimbing grup Pidato adat Sarangkuah Dayuang, Zufri Datuak Rajo Indo, grup tersebut sudah memulai langkah-langkah pelestarian adat sejak satu tahun lalu.
“Selain belajar pidato adat, setiap anak nagari yang hadir dan bergabung di grup ini akan mempelajari tata cara menyelenggarakan jenazah dan takziah sesuai kebiasaan masyarakat setempat ketika ada kemalangan atau musibah yang menimpa anggota masyarakat,” terang Zufri Datuak Rajo Indo.
Kemudian, kedepan akan diajarkan pula cara menggunakan talempong, alat kesenian tradisional yang pemakaiannya tidak pernah alfa ketika ada prosesi adat seperti baralek.
“Kita menginginkan nilai-nilai adat istiadat Minangkabau dan nilai adat salingka nagari bisa tetap tertanam pada setiap generasi sehingga kemudian hari, adat ini tetap lestari, tidak tenggelam bersama kemajuan zaman,” ungkap Zufri Datuak Rajo Indo kepada KORAN PADANG, Senin (23/1).
Senada dengan Zufri Datuak Rajo Indo, salah seorang pemuda asal Muaro Paneh, Risko Mardianto Datuak Rajo Lelo kepada media ini mengungkapkan, apa-apa yang dilakukan oleh masyarakat adat Muaro Paneh dalam melestarikan nilai-nilai adat itu patut di apresiasi.
“Saat ini, upaya pelestarian adat di nagari sudah sangat minim. Berbagai faktor menjadi penyebabnya, antara lain karena kesibukan masing-masing individu membuat waktu untuk belajar nilai-nilai adat menjadi sedikit. Hal inilah yang coba dicarikan solusinya oleh grup pidato adat Sarangkuah Dayuang dengan menggelar latihan sekali dalam seminggu, yakni pada setiap Sabtu malam,” ucap Risko Mardianto Datuak Rajo Lelo yang ikut aktif dalam pendirian Grup Pidato Adat Sarangkuah Dayuang di Muaro Paneh.
Lebih jauh kata dia, saat ini grup itu bergerak secara swadaya tanpa bantuan pemerintah daerah.
Hal itu disebabkan karena grup itu belum mengajukan permohonan untuk mendapat dukungan dari dan kepada pemerintah daerah setempat.
“Saat ini bergerak masih swadaya, belum ada bantuan dari pemerintah karena kita belum ajukan permohonan, tapi kita yakin nanti pemerintah akan membina grup ini kalau kita sudah mengajukan permohonan untuk itu,” papar Risko yang berprofesi sebagai petani sekaligus advokat itu.
Pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY) Solok itu juga mengatakan, grup ini menerima siapa saja yang ingin belajar pidato adat di nagari Muaro Paneh. Caranya, calon peserta latihan dapat hadir pada setiap malam Minggu ke Balai Pinang, di kediaman Bapak Zufri Datuak Rajo Indo.
Diketahui, saat ini grup pidato adat Sarangkuah Dayuang memiliki sejumlah anggota, antara lain, Risko Mardianto Datuak Rajo Lelo, Agusman Datuak Rajo Kaciek, Zufri Datuak Rajo Indo, Edwin Datuak Sutan Pamenan, Damri Sutan Batuah, Erik Datuak Intan Batuah, Eriyanto Datuak Ancak Sutan, M. Nasir Malin Parmato, Sutasman Datuak Sutan Pamuncak, Herman Hamid Datuak Rajo Taduang dan Yondi Rajo Bungsu serta Dony Rajo Nan Kayo. (wan)