DIPERKIRAKAN perantau yang pulang kampung lebaran nanti melonjak empat kali lipat dibanding tahun lalu, dengan perputaran uang sekitar Rp10 triliun. Begitu pemberitaan KORAN PADANG terbitan Kamis (8/4) di halaman 1 bersumber dari pernyataan Asisten II Setdaprov Sumbar Wardarusman.
Dari pemberitaan tersebut, tergambar perantau yang pulang kampung itu akan bergembira-ria berlebaran dengan sanak dan keluarga di kampung halaman. Beruntunglah mereka yang masih cukup keluarganya. Orangtua masih sehat dan ceria. Bagi mereka yang orang tuanya tiada lagi, tentu lain pula rasanya. Begitulah, takdir dan nasib, hanya Allah Yang Maha Kuasa.
Walau orangtua tiada lagi, namun kekerabatan ‘badunsanak-babako’ biasanya tetap terjalin baik.
Dengan semarak Idul Fitri yang segera datang, beragam problema yang masih ‘menggurita’ di lingkungan kampung masing-masing jadi perhatian untuk diprogramkan. Misalnya di tiap-tiap kejorongan, tentunya masih banyak yang perlu jadi perhatian bersama warga kampung dan perantau. Seperti jalan yang belum bagus, surau kurang terawat, warga duafa, lansia terlantar, hingga anak putus sekolah. Semuanya butuh uluran tangan. Diharapkan kalangan perantau memaklumi problema di kampung halaman dan memberi perhatian khusus.
Terjalinnya hubungan mesra perantau dengan yang warga kampung akan berbuah hasil positif. Yang penting, program mensejahterakan kampung halaman perlu terus digencarkan melalui kesepakatan. Disinilah peran walijorong dan pemuka warga dituntut mampu menjalin kebersamaan antar kampung dengan rantau.
Suksesnya beragam pembangunan di pedesaan merupakan pertanda terjalinnya hubungan ‘saiyo-sakato’ antara ranah dengan rantau. Dengan ramainya kampung di Sumbar saat lebaran nanti, sangat pantas rasanya dari sekarang diancang-ancang program ‘halal-bihalal’ perantau. Semoga pertemuan itu memberi manfaat bagi kesejahteraan bersama! *