PADANG PANJANG, KP – Di sudut kecil Kota Padang Panjang, dua bocah kelas VI SD berjalan kaki menyusuri jalanan. Kerenengan (sejenis keranjang kecil) di pundak mereka bergoyang pelan, penuh dengan sala lauak, jajanan sederhana yang jadi ladang rezeki.
Dion Harlen dan Zio, sahabat sekelas dari SD Negeri 15 Padang Panjang Timur, tak sekadar menghabiskan waktu senggang. Di usia yang masih belia, mereka belajar arti kerja keras, berbagi beban keluarga, dan menabung harapan.
Setiap hari, usai bel berbunyi menutup kelas sekitar pukul 13.00 WIB, Dion memulai langkahnya. Dari Kelurahan Balai-Balai, Bancalaweh, hingga Tanah Hitam, suaranya yang lantang menggema. “Yoooo… sala lauak!”
Tak ada raut malu di wajahnya. Semangatnya justru membuncah. Jika dagangan seharga Rp500 per butir itu habis lebih cepat, ia tak ragu kembali ke Ante Vera, pemilik usaha sala lauak, untuk mengambil tambahan.
“Kurang lebih tiap hari saya dapat Rp65.000, tergantung banyaknya yang terjual,” ujar Dion, kemarin.
Dari tangannya yang kecil, ratusan butir sala lauak terjual, kadang mencapai 600 butir sehari. Uang Rp300.000 disetor ke Ante Vera, sisanya jadi upah yang ia pegang erat.
“Uangnya nggak saya habiskan. Sedikit buat jajan dan beli beras, sisanya saya tabung ke orang tua,” katanya polos.
Di hari libur, Dion tak berhenti. Pagi pukul 07.00 WIB, ia beralih jualan pinukuik, lalu siang kembali membawa sala lauak. Baginya, berjualan lebih menyenangkan daripada bermain kosong.
“Dapat uang, bisa bantu orang tua,” tambahnya sembari tersenyum.
Di sisi lain, ada Zio, sahabat yang terinspirasi oleh Dion. Ia bergabung dalam ritme ini, meski dengan jadwal berbeda. Pukul 16.00 WIB, giliran Zio mengambil alih.
“Siang jatah Dion jualan, jadi saya main dulu, baru jualan,” ucapnya ceria.
Kawasannya pun lain, Bukit Surungan, Pasar Usang, hingga Pasar Pusat jadi wilayahnya. Bersama Dion, ia pernah bertahan di bawah rintik hujan, memastikan dagangan habis sebelum pulang.
“Alhamdulillah, setiap hari habis terjual,” katanya bangga.
Bagi Zio, berjualan membuka pintu kecil menuju asa menggapai mimpi dan cita-cita. Uang jajan bertambah, dan ia bisa membeli apa yang diinginkan dari keringat sendiri. Namun, di balik itu, ada kelegaan yang lebih besar membantu orang tua, walau hanya secuil.
Dion dan Zio, dua anak kecil dengan langkah sederhana, membuktikan bahwa semangat tak mengenal usia. Di setiap sala lauak yang mereka jajakan, ada cerita tentang persahabatan, tanggung jawab, dan mimpi yang perlahan tumbuh. (mas)