BUKITTINGGI, KPĀ ā Kopi Bulango hasil Produksi Putra Kurai Bukittinggi yang memiliki cita rasa tersendiri, siap rambah pasar Nasional danĀ Internasional.
Asril selaku Pengelola Kopi Bulango yang didampingi anggota DPRD Bukitinggi,Ā Erdison Nimli kepada KORAN PADANG,Ā kemarin menjelaskan awal berdirinya Kopi Bulango ini.
āPada awalnya di masa lalu,Ā orang tua kita yang berada di Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam sekitarnya menjadikan usaha kopi sebagai suatu usaha keluarga dan sampai terkenal dengan Kopi Bukik Apik. Jika dilihat perkebunan kopi di dua daerah tersebut dapat dikatakan sudah hampir tidak ada lagi, oleh karena itu kita melihat bahwa potensi yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam sudah tidak terkelola lagi dengan baik,ā paparnya.
Beranjak dengan kondisi itu,Ā terpikirlah untuk merestore kembali dan menjadikan kembali Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam sebagai penghasil kopi terbesar di Provinsi Sumatra BaratĀ (Sumbar). āOleh sebab itu, kita harus update dengan kondisi usaha kopi, terlihat cenderung kebanyakan kawula muda minum kopi di tempat cafe dan hotel,ā jelasnya.
Kemudian, sasaran cita rasa yang akan diciptakan sesuai dengan selera kelompok kawula muda atau yang disebut milenial,Ā sebab saat ini kelompok milineal inilah kelompok yang terbesar penikmat kopi,Ā dan itu terlihat dari tempat-tempat minum kopi atau cafe, hampir rata-rata diisi milenial.
Disebutkan,Ā kopi yang diminum tersebut, cara pengolahannya berbeda dengan kopi yang biasa menjadi minuman masyarakat Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam juga Provinsi Sumbar umumnya. Kita perlu mengikuti perkembangan zaman bagaimana cara pengolahan terbaik kopi, sehingga kopi yang ada ini selalu update bagi masyarakat.
Selain itu ia juga berusaha, bagaimana menghidupkan kembali perkebunan kopi di Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam dengan cara membagikan bibit tanaman kopi kepada masyarakat, mudah-mudahan kedepannya bibit-bibit tanaman kopi yang sudah dibagikan dapat berkembang.
āKita berharap pengusaha-pengusaha kopi yang ada di Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam mengikuti kondisi kemauan masyarakat,ā ucap Asril yang juga sebagai anggota Komisi II DPRD Kota Bukittinggi.
Terkait dengan penamaan Kopi Bulango,Ā menurut Asril, melihat contoh orangĀ tua pada masa lalu yang merendang kopi menggunakan bulango semacam kuali yang dibuat dari tanah liat. āMaka dari itu untuk mengingatkan kembali cara seperti itu, kita namakan kopi iniĀ Kopi Bulango,āĀ ungkap Asril.
Kopi Bulango memang berbeda dari kopi lainnya, jika diminum tanpa dicampur gula, kopi pada dasarnya memiliki cita rasa buah-buahan. Dilihat pola minum kopi itu ada tiga kelompokĀ diantaranya, mempunyai cita rasa buah yang lengkap, kira-kira roosting nya seperti kulit kayu manis, proses pembakarannya sekitar 140 sampai 160 derajat celcius.
Kemudian,Ā medium merasakan cita rasa buah, tapi sudah banyak yang hilang terbakar, roosting nya warna coklat, proses pembakarannya sekitar 160 sampai 180 derajat celcius, dan terakhir, dark, warnanya hitam cita rasa buah sudah hilang, karena proses pembakarannya biasanya 200 derajat celcius.
āSaat ini,Ā kita telah pasarkan Kopi Bulango ini di Sumbar dan beberapa provinsi di Sumatera dan juga telahĀ kita kirim ke Singapore dan Malaysia. Kita juga bertekadĀ nantinya Kopi Bulango ini dapat merambah pasar Internasional atau Dunia,ā pungkas Asril yang juga Ketua DPRD Partai Nasdem BukittinggiĀ itu. (eds)
Ā