PADANG sebagai Ibukota Provinsi Sumatra Barat harus bebas dari beragam perbuatan tercela. Termasuk tawuran sesama anak muda. Tidak diharapkan tawuran ini jadi ‘kegiatan rutin’. Peran aparat kamtibmas, seperti polisi, Satpol PP, sampai petugas RT, RW, pemuda, bersama pemuka masyarakat termasuk ninik mamak jelas punya peran menentukan dalam membersihkan Kota Padang dari beragam perbuatan tercela.
Kita bangga situasi keamanan di Padang selalu terkendali. Sebaliknya, beragam polah tingkah negatif yang diperlihatkan remaja jelas meresahkan kita bersama. Apalagi yang berbuat itu adalah anak atau kemenakan kita sendiri.
Anak-anak muda itu lepas dari pengontrolan orangtuanya. Dipastikan, mereka berkeluyuran tengah malam saat orangtuanya sudah tidur. Kalau orangtua masih bangun, tentu tidak akan membiarkan si buah hari keluyuran malam hari, terlebih di tengah situasi yang rawan ini. Apalagi kalau ada orangtua yang menyuruh anaknya keluyuran, tentu tidak mungkin. Atau ada?
Oleh sebab itu, peran orangtua sangat menentukan ‘kakobeh’ anak-anaknya. Bisa diteliti, anak nakal tersebut cenderung kurang perhatian dari orang tuanya. Mereka memberontak karena orangtua asyik dengan kehidupan materialis. Tukar pikiran, dialog, bahkan makan bersama pun tak begitu jadi perhatian lagi.
Bagaimanapun juga, hubungan nurani antara anak dengan orangtua wajib terus dijalin dengan pengertian yang maksimal. Hindari semua yang tidak baik dari anak sejak keci sampai remaja. Binalah keakraban sesama keluarga berdasarkan etika yang pantas dimiliki keluarga Islami dengan sifat ketimuran yang menyejukkan.
Percuma saja tampil sebagai keluarga besar kalau tak ada ketentraman. Anak bersikap sesukanya. Bahkan ada yang sampai menghardik atau membentak orangtua. Apa gunanya uang banyak, rumah bagus, tapi tak ada ketenangan dan keharmonisan.
Sangat pantas rasanya, kita sebagai warga Sumbar selalu berusaha menjadikan rumah tangga kita masing masing sebagai wisma yang dihiasi kasih sayang berdasarkan kehidupan Islami yang selalu dilindungi Allah SWT. *