DIARE merupakan masalah kesehatan dan masih menjadi penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO angka kesakitan diare pada tahun 2010 yaitu sebanyak 411 penderita per 1.000 penduduk.
Berdasakan data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar 213.435 penderita dan terdapat kematian 1.289 jiwa, di mana sekitar 70 hingga 80 di antaranya adalah anak-anak, terutama yang berusia di bawah lima tahun.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit diare bisa disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan protozoa. Mikroorganisme penyebab diare terutama pada anak yang paling banyak ditemukan di Negara berkembang adalah Escherichia coli enterotoksigenik, shigella, campylobacter jejuni, dan crytosporidium.
Pengobatan herbal yang berasal dari tanaman menjadi sebuah alternatif dalam mengobati penyakit diare pengobatan diare dengan herbal dilakukan untuk menghindari efek samping dari pabrik antidiare. Pengobatan modern yang banyak dilakukan adalah dengan pemberian antibitotik oral yang banyak ditemukan di apotek dengan biaya yang relatif mahal dan dapat menyebabkan efek samping diare.
Terapi alternatif lainnya adalah pengobatan tradisional. Keuntungannya adalah mudah didapat dan relatif murah. Pengobatan alternatif yang umum digunakan adalah penggunaan tanaman herbal. Salah satunya masih banyak masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional seperti penggunaan daun jambu biji (Psidium guajava L) sebagai obat antidiare.
Jambu biji (Psidium guava L) yang telah diteliti dengan dosis tertentu memiliki aktivitas antidiare. Jambu biji merupakan tanaman yang berasal dari keluarga Myrtaceae. Sudah banyak jurnal penelitian yang mengungkap aktivitas antidiare tanaman ini dengan berbagai senyawa kimianya.
Daun jambu biji mengandung tanin, flavonoid, dan alkaloid. Jambu biji telah dikenal sebagai tanaman yang relatif baik dalam pengobatan diare. Pada daun jambu biji memiliki khasiat untuk disentri, diare, sakit maag dan gusi bengkak (Ajizah, 2014). Kandungan yang memberikan efek antidiare adalah tanin. Tanin memiliki sifat sebagai efek spasmolitik pengkelat yang mengecilkan atau berkontraksi usus sehingga peristaltik usus berkurang. Ketika tanin bersentuhan dengan selaput lendir, mereka bereaksi dengan protein dalam lendir dan sel epitel untuk membentuk ikatan silang. Hal ini menyebabkan selaput lendir menjadi lebih padat dan kurang permeabel, proses ini disebut adstringensia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak daun Jambu biji dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hal Ini terlihat pada rata – rata jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media dengan masing – masing kelompok perlakuan.
Rata–rata jumlah koloni yang tumbuh dimedia MHA (Muller Hinton Agar) dengan penambahan ekstrak daun jambu biji (Psedium guajava Linn) 25% ialah 108,3 koloni, 50% ialah 36,3 koloni yang tumbuh pada media MHA (Muller Hinton Agar) sedangkan 75% dan 100% tidak didapat koloni yang tumbuh dimedia MHA (Muller Hinton Agar) sementara kontrol ≥300 ialah ≥300 koloni bakteri. Pengaruh ekstrak daun jambu biji terhadap pertumbuhan E. coli diukur dari perbedaan rata-rata jumlah koloni yang tumbuh.
Hasil analisis ekstrak daun jambu biji mengandung biokimia kimia yang memilik aktivitas farmakologis, menunjukkan tingkat tanin plovonoid yang tinggi dan dapat bertanggung jawab atas aktivitas anti diare. Flavonoid adalah senyawa foltenol terhiktroksilasi yang memiliki respons terhadap infeksi mikroba. Flavonoid memiliki peranan paling efektif sebagai anti diare pada daun jambu biji, senyawa turunan flavonoid yang berkembang dalam daun psidium guava L. Senyawa kuarcetin berfungsi sebagai agen antidiare.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dengan iklim yang ada di Indonesia, mendukung pertumbuhan berbagai macam tanaman dan buah-buahan. Hasil-hasil alam tersebut banyak yang diolah menjadi makanan maupun obat tradisional. Tanaman herbal sangat diminati masyarakat Indonesia bumbu masakan, obat tradisional atau jamu.
Keanekaragaman sumber daya hayati Indonesia diperkirakan menempati urutan kedua setelah Brasil. Terdapat sekitar 30.000 jenis tanaman di Indonesia dan 7000 diantaranya memiliki khasiat obat dengan sebutan tanaman obat. Salah satu obat tradisional di Indonesia adalah obat diare. Secara tradisional obat diare dibuat dari daun jambu biji.
Masyarakat biasanya menggunakan daun jambu biji (Psidium guajava L.) sebagai ramuan herbal untuk mengatasi gangguan pencernaan dengan cara merebus 10 helai dalam 2 gelas air selama 15 menit. Meskipun daun-daunan tersebut dapat diolah sebagai anti diare, masyarakat Indonesia belum memanfaatkan secara maksimal hasil alam tersebut. Belum banyaknya pengetahuan tentang cara pemanfaatan sumber daya alam merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat lebih memilih obat-obatan non-herbal (Purwanti et al., 2015).
Menurut penelitian Yulaeka et al. (2017) dijelaskan bahwa daun jambu biji mengandung minyak esensial, komponen tannin, saponin, terpenoid, flavonoid, anthocyanin dan alkaloid. Kandungan flavonoid yang ada pada ekstrak daun jambu biji mempunyai aktivitas antioksidan yang bekerja sebagai penangkap radikal bebas yang dapat digunakan untuk memperbaiki fungsi vaskular endothelia.
Berdasarkan hasil penelitian (Yani et al. 2020), rerata zona hambat pada ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 20%, 25%, 30%, dan 35% terhadap Escherichia coli secara berturut-turut sebesar 11,23 mm, 13,13 mm, 14,81 mm dan 15,27 mm. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Qonita et al., 2019) ekstrak daun jambu biji pada konsentrasi 10% diketahui mampu menghambat bakteri Escherichia coli dengan diameter zona hambat 6,43mm hingga 8,17 mm. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa daun jambu biji dapat menghambat penyakit diare.
Dapat disimpulkan bahwa, daun jambu biji memiliki aktivitas antiantidiare, dan hal ini membenarkan penggunaan tanaman ini sebagai obat herbal melawan diare, di mana   mengandung biokimia tingkat tinggi terutama tanin, plavanoid yang bertanggungjawab atas aktivitas anti-diare.
Mengonsumsi obat daun jambu biji saat keadaan sakit perut dan diare dapat memberikan hasil yang maksimal karena dalam daun jambu biji terdapat senyawa kuarcetin yang memiliki potensi sebagai agen anti diare, menghambat pelepasan asetoklorin yang dapat mempercepat kerusakan usus akibat iritasi bakteri penyebab diare seperti  Staphylococcus aureus, tanin merupakan senyawa multimolekul dengan aktivitas antibakteri, dan dapat berikatan dengan banyak protein prolin. *