SEIRING dengan perkembangan zaman, manusia cenderung menganut gaya hidup modern. Gaya hidup seperti salah satu hal yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat seperti dari makanan, aktifitas fisik, stress, dan merokok dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi, yang disebabkan karena terjadinya penyempitan pada pembuluh darah.
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia. Hipertensi dapat ditetapkan sebagai tingginya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan diastolic (bagian  bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa sphygmomanometer ataupun alat digital lainnya.
Prevelensi hipertensi ditingkat dunia sebesar 22% dari 8 milyar total populasi penduduk dunia. Afrika merupakan Negara dengan kasus hipertensi tertinggi di dunia yaitu sebesar 27% dari total penduduk 1,4 milyar yang ada, Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada usia >18 tahun sebesar 34,11% dengan jumlah 658.201 orang yang mengidap hipertensi dari 275,77 juta orang. (Wold Healh Oganization, 2023; Astuti,Tasman & Amri, 2021).
Pengobatan farmakologi sering digunakan untuk pengobatan awal hipertensi yaitu angiotensin converting enzyme (ACE), inhibitor, angiotensin, reseptor, blocker, antangonis kalsium, diuretic dan beta blocker, selain itu dikenal juga obat sebagai lini kedua yaitu penghambat syaraf adrenergic agonis alfa 2 sentral dan fasodilator, namun pengobatan secara farmakologis yang berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya relative mahal sehingga menjadi kendala pada penanganan hipertensi dan juga dapat menimbulkan efek samping bila dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu.
Penatalaksanaan non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan pola hidup sehat seperti memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan, meningkatkan konsumsi potassium/kalium, berhenti merokok, menurunkan berat badan, mengurangi konsumsi garam, meningkatkan aktivitas fisik berolahraga, memanajemen stress, dan terapi herbal menggunakan tanaman. Salah satu tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi yaitu daun kelor (Moringa oleifera).
Pohon kelor dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim panas sampai tropis seperti Indonesia. Kemudahan dalam mendapatkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari mendukung daun kelor untuk digunakan dalam obat alternative tradisional dalam menurunkan tekanan darah.
Daun kelor yang sangat mudah ditemukan dan sangat terjangkau oleh masyarakat serta lingkungan yang tinggal masyarakat yang rata-rata menanam tanaman kelor di area pekarangan rumah sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara optimal. Kelor adalah salah satu tanaman yang terbukti secara ilmiah merupakan sumber gizi berkhasiat obat yang kandungannya diluar kebiasaan kandungan tanaman pada umumnya.
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama untuk serangan jantung. Arteri membawa oksigen dalam darah ke otot jantung. Nutrisi penting yang dibutuhkan oleh seseorang yang menderita tekanan darah tinggi ditemukan secara alami dalam tanaman Kelor. Arginine merupakan asam amino yang ditemukan dalam tanaman Kelor dan dikenal untuk menyeimbangkan tekanan darah. Kalsium, Magnesium, Kalium, Seng, dan Vitamin E juga ditemukan pada Kelor.
Kelor mengandung seluruh nutrisi yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan tekanan darah. Kalsium dibutuhkan untuk relaksasi otot polos dan kontraksi, peningkatan konsumsi kalsium dapat memiliki efek langsung pada pembuluh darah. Penelitian telah menemukan bahwa dibandingkan dengan suplemen, kalsium memiliki dua kali manfaat bagi tekanan darah. Kalsium dari sumber sintetik dapat menyebabkan batu ginjal. Kelor mengandung Kalsium 17 kali lebih banyak dibanding susu. Kelor mengandung kalium 15 kali lebih banyak dari pisang. Kandungan kalium yang tinggi cenderung menurunkan kandungan sodium. Kalium bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi natrium dalam urin, yang membantu melebarkan pembuluh darah, dan mengubah interaksi hormon yang mempengaruhi tekanan darah. (Wahyudi & Nurhaedah, 2017).
Makanan yang mengandung magnesium tinggi sangat bermanfaat bagi penderita hipertensi, kemungkinan besar dengan berkontribusi terhadap relaksasi otot polos pembuluh darah. Kelor juga mengandung magnesium bersama dengan zinc dan vitamin E yang mengambil bagian dalam mengurangi tekanan darah bersama dengan nutrisi lainnya. Kelor mengandung 384 mg magnesium dalam 100 gram tepung daun dan 2,2 kali lebih banyak bioavailable serta mengandung Zinc, 6 kali lebih banyak dibanding almond dan 6,46 kali lebih banyak diserap ke dalam darah.
Daun kelor kaya akan postasium sehingga kadar sodium dalam darah dapat dikendalikan yang implikasinya pada penurunan tekanan darah tinggi. Kandungan fitosferol dalam daun kelor juga dapat menggantikan peran kolesterol jahat dalam darah. Dengan mengkosumsi daun kelor, aliran darah pun menjadi lancar sehingga resiko pengendapan zat-zat yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi bisa di hindari.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yanti dan Novia tahun 2018. Menunjukan rata- rata tekanan darah sistolik responden sebelum diberikan rebusan daun kelor 153,50 dan rata- rata tekanan darah diastolik 94,38. Rata- rata tekanan darah sistol setelah diberikan rebusan daun kelor 129,56 dan tekanan diastol 86,25. Menurut asumsi peneliti penurunan tekanan darah setelah pemberian rebusan daun kelor disebabkan oleh kandungan flavonoid yang berperan sebagai anti hiperlipidemia dan kalium dan potassium sebagai anti hipertensi.
Hasil penelitian menunjukan dari 25 responden diketahui hasil uji Wilcoxon signed rank test diperoleh nilai Z= -4,472 dengan p-Value = 0,000 < 0,05 sehingga keputusan Ho ditolak Ha diterima yang berarti ada pengaruh rebusan daun kelor terhadap tekanan darah penderita hipertensi.
Pemberian rebusan daun kelor setiap hari 250 ml selama 7 hari akan memberikan efek pada tekanan darah karena kandungan dari kalium dan pottasium yang mampu melemaskan pembuluh darah sehingga beban jantung untuk memompa dan mengalirkan darah keseluruh tubuh akan menurun sehingga hasil yang didapatkan tekanan darah tersebut menjadi menurun. (Yanti dan Novia, 2018).
Penurunan tekanan darah tinggi dapat diatasi secara non farmakologi seperti penggunaan air rebusan daun kelor yang mengandung a-sitosterol sebanyak 0,09% yang berperan sebagai anti hiperglikemia yang menurunkan kadar LDL sebagai salah satu pemicu hipertensi, daun kelor juga mengandung antioksidan flavonoids dan polyphenols yang memiliki peran yang sama sebagai anti hiperlipidemia. (Alverina,dkk, 2016).
Dari penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Moringa oleifera merupakan reservoir fitokimia yang memiliki sifat protektif atau pencegahan penyakit. Moringa oleifera dapat diolah dalam bentuk makanan maupun minuman. Konsumsi Moringa oleifera dapat mempengaruhi penurunan tekanan darah tinggi dan penurunan kadar kolesterol dalam darah. Hal ini disebabkan berbagai senyawa fitokimia, senyawa bioaktif, senyawa polar, vitamin C, kalium (K), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca).
Dengan demikian, Moringa oleifera dapat memberikan efek yang diinginkan sebagai obat pengontrol tekanan darah tinggi secara alami dan dapat dikatakan sebagai obat alternatif. Moringa oleifera dapat dikombinasikan dengan tanaman herbal maupun obat medis lainnya dalam mengontrol tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi. *