Home » Pemanfaatan Tanaman Kumis Kucing dalam Pengobatan Diabetes Melitus

Pemanfaatan Tanaman Kumis Kucing dalam Pengobatan Diabetes Melitus

Oleh: YULIA MARSYTA (Mahasiswi S-1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang)

Redaksi
5 menit baca

INDONESIA merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang cukup tinggi yang berpotensi sebagai tumbuhan berkhasiat beberapa hasil penelitian menegaskan bahwa tumbuhan obat memiliki kemampuan yang lebih besar dan aman dibandingkan dengan obat sintetik yang memiliki efek samping dan harga yang relatif mahal.

Menurut International Diabetes Federation pada tahun 2019, jumlah kasus diabetes melitus di Indonesia adalah sekitar 10,7 juta kasus. Cara yang paling efektif untuk menangani diabetes melitus adalah dengan cara mengurangi hiperglikemia postprandial dengan menghambat enzim hidrolisis karbohidrat dalam sistem pencernaan. namun, metode ini belum terbukti mampu menyembuhkan diabetes melitus sepenuhnya.

Dibetes melitus adalah gangguan metabolic yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dl atau postprandial ≥ 200 mg/dl atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dl)) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, dan kelainan abnormalitas metabolisme karbohidrat, protein, yang dapat menyebabkan komplikasi kronis.

Kadar glukosa darah setiap hari bervariasi, kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Jika kadar gula dalam darah penderita diabetes melitus tidak dikendalikan maka akan timbul berbagai penyakit lain seperti hipertensi, gangguan penglihatan mata, neuropati peprifer, stroke, luka yang sulit sembuh, gangren, kerusakan hati dan ginjal. Jika kadar gula dalam darah penderita diabetes melitus tidak dikendalikan maka akan timbul berbagai penyakit lain seperti hipertensi, gangguan penglihatan mata, neuropati peprifer, stroke, luka yang sulit sembuh, gangren, kerusakan hati dan ginjal.s

Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi: diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan diabetes jenis lain, Pada diabetes tipe 1ini disebabkan oleh proses autoimun di mana sistem imun tubuh menyerang hormon insulin yang bertugas untuk memproduksi sel β-pankreas, sehingga menyebabkan tubuh hanya memproduksi sedikit hormon insulin.

Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang paling sering ditemui,terjadi akibat adanya resistensi insulin, yaitu dimana keadaan sel-sel tubuh menjadi tidak responsif terhadap insulin sehingga menyebabkan hiperglikemia.

Diabetes gestasional adalah disebabkan karna adanya intoleransi karbohidrat atau toleransi glukosa yang abnormal dari berbagai tingkat keparahan dengan onset atau deteksi pertama pada masa kehamilan, diabetes gestastional ini hanya terjadi pada masa kegamilan. diabetes tipe lain merupakan salah satu jenis diabetes yang disebabkan oleh adanya mutasi dari satu gen dan juga karena adanya kerusakan pada fungsi sel β ataupun karena resistensi insulin.

Faktor yang berpengaruh pada Diabetes Mellitus (DM) terbagi menjadi 2 macam yaitu faktor internal seperti: factor keturunan, sedangkan faktor eksternalnya antara lain adalah kegemukan, pola makan yang salah, minum obat yang menaikkan kadar gula darah, proses menua, stress, pola tidur dan aktifitas fisik yang kurang.

Adapun penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien diabetes melitus,dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi dan farmakologi. non farmakologi dapat dilakukan dengan mengatur pola makan, olah raga dan mengkonsumsi bahan-bahan herbal. Sedangkan Penatalaksanaan farmakologi dapat berupa pemberian obat hipoglikemik oral atau agen antihiperglikemik dan insulin.

Diabetes Melitus dapat diobati dengan obat hipoglikemik oral dan injeksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan sekresi insulin, dan meningkatkan sensitivitas insulin, dan ada juga produk alami yang digunakan dalam pengobatan diabetes, terutama yang memiliki efek hipoglikemik yang baik.

Selain itu, metformin merupakan turunan produk alami yang berasal dari jamu Galega officinalis dan penyusunnya galegine. Banyak produk alami lainnya, seperti kurkumin, kayu manis, labu kuning, pare, Lycium barbarum, Portulaca oleraceassss, Aloe vera, juga telah terbukti memiliki aktivitas antidiabetes tetapi tanpa praktik klinis umum Orthosiphon stamineus juga berpotensi melawan diabetes.

Salah satu terapi non farmakoterapi pada penyakit diabetes melitus dengan menggunakan tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus). Kumis kucing (Orthosiphon stamineus) adalah tanaman obat tradisional yang secara empiris digunakan sebagai obat diabetes melitus, dan juga berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat batu ginjal, obat kencing manis, dan obat tekanan darah tinggi.

Daun kumis kucing memliki beberapa kandungan zat aktif diantaranya: orthosiphon glukosa, minyak atsiri, saponin, polifenol, flavonoid, sapofonin, phenol, garam kalium dan myonositol. Beberapa zat ini memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah.

Menurut Suyono (2011) yang meneliti efek pemberian ekstrak daun kumis kucing terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kumis kucing, memberikan efek yang cukup baik terhadap penurunan kadar gula darah. Hal tersebut disebabkan karena daun kumis kucing mengandung berbagai macam zat, antara lain adalah minyak atsiri, flavonoid, orthosipon glikosida, saponin, garam kalium, dan myoinositol. Dua macam zat yang memiliki pengaruh dalam menurunkan kadar glukosa darah, yaitu flavonoid dan saponin.

Flavonoid yang terkandung di dalam kumis kucing memiliki kemampuan dalam menghambat enzim glukosidase dan alfa amilase yang berfungsi dalam memecah karbohidrat menjadi monosakarida. Dengan penghambatan tersebut maka pemecahan karbohidrat menjadi monosakarida menjadi gagal sehingga tidak terdapat glukosa (monosakarida) yang dapat diserap oleh usus dan terjadilah penurunan kadar glukosa dalam darah.

Saponin merupakan zat yang terkandung di dalam kumis kucing yang berfungsi dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah. Saponin memiliki pengaruh dalam menghambat Na+/D-glucose cotransport system (SGLUT) di membran brush border intestinal, sehingga tidak terdapat transport glukosa di intestinal. Hal ini kemudian mempengaruhi penyerapan glukosa menjadi penyerapan glukosa di intestinal terhambat dan menyebabkan efek hipoglikemik.

Kumis kucing (Orthosiphon stamineus) memiliki mekanisme kerja yaitu dengan mempercepat keluarnya glukosa dari sirkulasi melalui peningkatan kerja jantung, filtrasi, dan ekskresi ginjal sehingga produksi urin meningkat yang kemudian meningkatkan laju ekskresi glukosa melalui ginjal sehingga kadar glukosa dalam darah menurun. Pemberian ekstrak O. stamineus sebanyak 200-1000 mg/kg setelah dilakukan pengulangan pemberian ekstrak secara oral setiap hari selama 14 hari, terjadi penurunan konsentrasi glukosa plasma secara signifikan dari tikus diabetes pada hari ke-7 dan ke-14 (Sumekar Dw,2016)

Dari penjelasan sebelumnya, dapat kita,simpulkan mengenai pemanfaatan tanaman obat untuk mengatasi penyakit diabetes diantaranya kumis kucing (Orthosiphon stamineus),dimana tumbuhan tersebut memiliki kandungan metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, tannin, terpenoid, dll. Pada berbagai penelitian sudah dibuktikan bahwa berbagai tanaman herbal memiliki fungsi menurunkan kadar gula darah dan anti diabetes.

Kumis kucing memiliki dua zat yang bermakna dalam menurunkan kadar glukosa darah yaitu flavonoid dan saponin. Flavonoid berfungsi dalam menghambat enzim glukosidase dan alfa amilase sehingga pemecahan karbohidrat menjadi monosakarida menjadi gagal dan glukosa tidak dapat diserap oleh usus, sedangkan saponin berfungsi menghambat Na+/D-glucose cotransport system (SGLUT) di membran brush border intestinal sehingga tidak terdapat transport glukosa di intestinal. Kedua hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya penurunan kadar glukosa di dalam darah. *

Jangan Lewatkan